23.14 | Posted in
Suatu ketika, Abdul Muthalib 'pasrah' dan lebih memilih menyingkir
ketika mendapatkan informasi pasukan Raja Abrahah dari Habsyi
(Ethiopia) yang perkasa hendak meng-agresi Makkah dan menghancurkan
Ka'bah.
Dia yakin, Allah sendiri yang akan menjaga rumahNya, Baitullah...
Dan benarlah, Allah mengirimkan pasukan burung Ababil, yang
merontokkan pasukan Abrahah yang 'nggegirisi' menjadi laksana dedaunan
yang diserbu ulat grayak!
Demikian secuil fragmen yang mengiringi saat-saat kelahiran Rasulullah Muhammad.

Di secuil fragmen yang lain beberapa puluh tahun kemudian, ....
Pasukan muslimin yang hanya berjumlah 300 orang -itu pun amatiran dan
minim amunisi-, terpana menyaksikan pasukan Quraisy pimpinan Abu Jahl
yang berjumlah 3 kali lipat, dengan senjata dan perlengkapan sangat
lengkap. Nyali pun menciut, rasa pesimis meletup-letup ... sanggupkah
mereka memenangkan peperangan Badr?
Lalu, Rasulullah memanjatkan doa spesial, dan akhirnya berhasil
membangkitkan ghirah jihad pasukan muslimin. Pesimistis berubah
menjadi optimisme menyala-nyala dalam wujud slogan: hidup mulia atau
mati syahid! Keduanya pilihan yang sangat berharga untuk dilewatkan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, ribuan malaikat turun menemani
pasukan muslimin dalam pertempuran tak seimbang tersebut. Akhirul
kisah, kemenangan gemilang pasukan muslimin menutup fragmen ini.

Saya yakin, seluruh umat Islam di dunia (kecuali yang 'sedang' menjadi
kaum munafik) saat ini khusuk mendoakan kemenangan saudaranya di
Palestina, khususnya di Gaza. Istighotsah, qunut nazilah, atau apapun
bentuknya. Namun, bagaimana bentuk riil pertolongan Allah yang
diinginkan mereka? Yang ada dalam alam pikir mereka ketika sedang
menengadahkan tangan memohon kepadaNya?

Saya punya dugaan, setidaknya ada 2 perbedaan dalam hal ini: ada yang
menginginkan 'turunnya burung Ababil' yang -entah bagaimana caranya-
meluluh-lantakkan pasukan Zionist. Sementara umat Islam yang lemah ini
sebaiknya menghindari tumpahnya darah secara 'sia-sia'. Mereka yakin,
Allah tentu menolong hambaNya dengan caranya sendiri.

Di pihak lain, ada juga yang berpendapat pertolongan Allah turun
laksana saat Perang Badr. Pertolongan Allah bukan 'gratis', tapi
melalui ikhtiar maksimal menjemput bola. Mereka -sembari berdoa-
sepenuh hati membantu perjuangan muslimin di garis depan melawan
Zionist. Maksimal dengan jiwanya, minimal dengan memberikan dukungan
moral dan apresiasi, walaupun nun jauh terpisah lautan ...
Toh, seandainya pun Allah berkehendak lain dengan tidak memberikan
kemenangan saat ini, mereka tetap husnudzon terhadap para pejuang,
sambil tak henti memohonkan ridloNya agar para mujahidin ini mati
sebagai syuhada.

Wallahu a'lam, hanya Allah yang tahu, manakah di antara 2 pendapat ini
yang lebih benar. Atau, semoga keduanya tidak salah ...
Tapi secara pribadi, saya memilih yang terakhir ....

pertolongan Allah akan segera tiba meskipun itu pertanda akhir zaman,,
HIDUP SECARA MULIA ATAU MATI SEBAGAI SYUHADA...

ALLAHU AKBAR
Category:
��

Comments

Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.
Bagaimana mengubah blog WordPress menjadi MESIN UANG yang MEMATIKAN !! Tutorial komplit dilengkapi Software dan Script Siap Pakai